Menurut peneliti, pendekatan ini masih diujicoba pada beberapa pasien sehingga belum siap untuk digunakan secara luas. Meski begitu, ketua studi Heike Daldrup-Link, profesor dari departemen radiologi di Stanford School of Medicine's Lucile Packard Children's Hospital optimis metode ini dapat menawarkan solusi pemindaian tanpa ada risiko radiasi yang justru akan memicu kanker di kemudian hari.
Thomas Slovis, staf radiologi anak di Children's Hospotal of Michigan menjelaskan, anak-anak dan dewasa muda masih berkembang sehingga DNA dalam sel-sel mereka rentan mengalami gangguan jika terpapar radiasi. Kabar baiknya, ada perbaikan untuk dosis radiasi yang digunakan pada mesin pemindai yang sekarang tengah dikembangkan.
"Namun, ada pula radiasi yang sebenarnya tidak berbahaya," ujar profesor radiologi di Wayne State University School of Medicine, di Detroit, ini.
Studi baru menekankan alternatif yang membuat radiolog untuk melakukan pemindaian tumor tanpa menggunakan radiasi. Sebaliknya, mereka menggunakan pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) dengan menggunakan tambahan bahan sebagai kontras dari tumor yaitu suplemen besi. Ini akan memudahkan radiolog melihat bagian dalam tubuh.
Dalam studi yang dipublikasi dalam jurnal The Lancet Oncology ini, para peneliti memindai 22 pasien yang berusia antara 9-33 tahun dengan tumor ganas yang dikenal dengan istilah limfoma dan sarkoma. Hasilnya, dengan metode baru dengan MRI, peneliti menemukan 158 tumor, sedangkan dengan metode radiasi dengan positron emission tomography (PET) dan computed tomography (CT), hasil tumor yang ditemukan adalah 163.
"Dari kedua hasil ini, keputusan terapi selanjutnya akan sama. Biaya dari kedua metode pemindaian ini pun hampir sama," ujar Daldrup-Link.
Efek samping dari metode baru, lanjut dia, memang tidak sebesar metode radiasi. Ini karena metode MRI menggunakan gelombang radio pada tubuh, bukan radiasi, maka tidak ada efek samping yang berarti. Hanya saja, untuk beberapa pasien, mungkin akan terdapat alergi pada suplemen zat besi yang digunakan sebagai agen kontrasnya.
(Sumber : www.healthday.com melalui KOMPAS.com)
Share this article to your friends :
0 comments:
Post a Comment