Do'a dan ta'awudz (mohon perlindungan) ibarat senjata. Kehebatan senjata bergantung kepada pemakainya, bukan hanya dari ketajamannya saja, apabila senjata telah sempurna tidak ada cacatnya, lengan yang menggunakannya kuat, dan penghalang tidak ada, niscaya dapat membinasakan musuh. Apabila kurang salah satu dari tiga perkara ini, maka pengaruhnya tidak akan ada. Demikian pula dengan do'a, apabila isi do'a tidak baik, atau orang yang berdo'a tidak menggabungkan antara hati dan lisannya, atau adanya penghalang bagi terkabulnya do'a, maka do'a tidak akan berhasil.
Pelajarilah syarat-syarat berdo'a dan hal-hal yang menghalangi terkabulnya do'a, di dalam pembahasan berikut akan dijelaskan beberapa penghalang bagi terkabulnya do'a.
Al-Mani' menurut etimologi berarti penghalang atau pembatas antara dua perkara.
Adapun menurut istilah ialah sesuatu yang apabila ada, menyebabkan tiada hukum, tapi tidak harus, jika sesuatu itu (penghalang) tidak ada, akan adanya hukum yaitu lawan dari syarat.
Berikut ini ada beberapa hal yang bisa menjadi penghalang terkabulnya sebuah do'a:
1. Bersenang-senang dengan yang haram, berupa makan, minum dan berpakaian.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah Maha Suci, dan tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah menyuruh orang-orang beriman sebagaimana memerintahkan para rasul dengan firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Mukminun/23:51).
Dan firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu." (QS. al-Baqarah/2:172).
"Rasulullah menceritakan tentang seorang lelaki yang berjalan jauh, dengan rambut kusut berdebu, menengadahkan kedua belah tangannya ke langit sembari berkata, 'Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku!' sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, makan dari barang yang haram, maka bagaimana mungkin ia dikabulkan" (HR. Muslim)
Dikatakan sebagaimana Ibnu Rajab menyatakan bahwa pengertian hadits ini: "Sesungguhnya Allah tidak akan menerima segala amal melainkan amal yang baik lagi bersih dari yang merusakkan ibadah seperti: riya dan bangga; tidak pula dari harta yang tidak baik dan halal; sesungguhnya thayyib (baik) dapat disifati dengannya segala perbuatan, perkataan dan keyakinan dan maksudnya adalah bahwa para rasul dan umatnya diperintahkan untuk memakan makanan yang baik dan menjauhi yang tidak baik dan yang haram."
Di akhir hadits disebutkan bahwa sebab tidak terkabulnya do'a karena bersenang-senang di dalam perkara yang haram seperti makan, minum, dan pakaian dari barang yang haram. Oleh karenanya, para sahabat rasul dan orang-orang shalih sangat berusaha keras untuk mendapatkan makanan yang halal, dan menjauhi yang haram.
Aisyah berkata, "Abu Bakar Ash-Shiddiq mempunyai pembantu (budak yang muda) yang mencari nafkah untuk dirinya, dan beliau pun (Abu Bakar) memakan makanan dari hasil kerja budak muda tersebut. Pada suatu hari budak muda tersebut datang membawa makanan, maka Abu Bakar Shiddiq memakannya, lantas budak muda tersebut berkata, 'Tahukah anda apa yang anda makan ini?' Abu Bakar berkata, 'Apa?' Jawabnya, 'Dulu saya pernah menjadi tukang tenung untuk seseorang di zaman Jahiliah, dan saya bukanlah penenung yang baik kecuali hanya tipuan belaka, kemudian ia memberi saya upah dan itulah sebagian dari yang anda makan tadi.' Maka Abu Bakar memasukkan jarinya (ke tenggorokan) dan ia memuntahkan segala yang ada dalam perutnya."
Diriwayatkan pula dalam satu riwayat oleh Abu Nu'aim dalam kitab al-Hilyah dan Imam Ahmad dalam kitab Zuhud. "Dikatakan pula kepada Abu Bakar, 'Semoga Allah merahmatimu, Anda lakukan semua ini hanya karena sesuap makanan (yang kuberikan)?' Jawab Abu Bakar, "Seandainya makanan tersebut tidak keluar kecuali bersama dengan nyawaku, pasti akan aku lakukan, sebab saya pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'Setiap anggota tubuh yang tumbuh dari makanan yang haram, maka neraka lebih baik baginya.' Oleh karena itu, saya takut akan tumbuh dari anggota tubuh saya ini dari sesuap yang haram."
Di dalam hadits yang telah dibicarakan di awal, bahwa lelaki (dalam cerita Rasulullah) bersenang-senang memakan yang haram. Sesungguhnya lelaki itu telah datang dengan empat perkara yang semestinya do'anya dikabulkan:
Pertama, safar (perjalanan) yang jauh.
Kedua, pakaian dan keadaan yang mencerminkan kesederhanaan; Rasul pernah bersabda,
رُبَّ أَشْعَثَ مَدْفُوعٍ بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ
"Sering kali orang dengan rambut yang kusut berdebu ditolak di depan pintu (para pembesar dunia), seandainya dia bersumpah dengan nama Allah niscaya akan Allah tepati sumpahnya." (HR. Muslim).
Ketiga, menengadahkan tangan ke langit,
إِنَّ اللهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْن
"Sesungguhnya Allah malu dan Maha Mulia, Allah amat malu terhadap hamba-Nya apabila hamba-Nya mengangkat kedua tangannya mengharap kepada-Nya lantas ditolak dibiarkan kecewa." (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Keempat, merengek (mengulang-ulang permintaan), dengan mengulang nama Allah (wahai Rabb-ku),
Ini yang merupakan bagian yang terpenting bagi terkabulnya do'a. Namun (di sini) semua itu tidak mempengaruhi bagi terkabulnya do'a. Sabda Rasulullah "Bagaimana do'anya akan terkabul", ini berbentuk pertanyaan yang tujuannya menggambarkan perasaan heran dan kemustahilan.
Kewajiban seorang hamba yang Muslim untuk bertobat kepada Allah dari segala maksiat dan dosa, mengembalikan ketidakadilan kepada yang berhak, sehingga bisa bebas dari penghalang yang amat besar ini yang dapat menghalangi terkabulnya do'a.
2. Tergesa-gesa dan meninggalkan do'a
Diantara penghalang yang dapat menghalangi terkabulnya do'a ialah ketergesaan seorang Muslim dan meninggalkan do'a karena ketidak sabaran menunggu ijabah (terkabulnya do'a).
Sungguh Rasulullah telah menjadikan kedua perkara ini kedalam kelompok penghalang terkabulnya do'a agar seorang hamba tidak memutuskan harapannya dari terkabulnya do'a, meskipun lama waktunya; sesungguhnya Allah sangat suka mendengar rengekan hamba di dalam berdo'a.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
"Dikabulkan do'a bagi seseorang di antara kamu selama ia tidak tergesa-gesa, dia berkata, sesungguhnya saya telah berdo'a tapi tidak dikabulkan. " (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah juga, bahwasanya Nabi bersabda,
لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ
"Senantiasa akan dikabulkan do'a seorang hamba, selama tidak berdo'a untuk suatu dosa atau memutuskan hubungan silaturrahim dan tidak tergesa-gesa. Kemudian Rasulullah ditanya, 'Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan isti'jal (tergesa-gesa)? Jawab Rasul, "Yaitu dia berkata: Sungguh aku telah berdo'a, sungguh aku telah berdo'a, tapi soya tidak melihat akan terkabul, lalu ia terputus dari do'a dan meninggalkannya." (HR. Muslim).
Seorang hamba jangan tergesa-gesa mengatakan bahwa do'anya tidak terkabulkan karena kemungkinan Allah menunda terkabulnya do'a karena beberapa sebab, mungkin syarat tidak sempurna, atau melakukan penghalang terkabulkannya do'a atau ada penyebab yang lain untuk kepentingan hamba tersebut, tapi dia sendiri tidak mengetahuinya, maka patutlah bagi seorang hamba apabila do'anya tidak terkabulkan untuk intropeksi diri, dan bertobat kepada Allah dari segala bentuk kedurhakaan kepada-Nya. dan gembira dengan kebaikan yang disegerakan dan yang ditunda.
Firman Allah,
وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. al-A'raf/7:56).
Selama seorang hamba merengek di dalam berdo'a, antusias dalam mengharap dikabulkannya do'a, tanpa meninggalkan do'a maka terkabulkannya do'a amat dekat, barangsiapa sering mengetuk pintu, maka kesempatan untuk terbukanya pintu lebih dekat.
Adakalanya ditundanya pengabulan do'a (ijabah) dalam tempo yang lama seperti penundaan ijabah do'a Nabi Ya'qub atas pengembalian Yusuf ke sisinya. Sedangkan Ya'qub adalah nabi yang mulia. Begitu pula penundaan ijabah do'a Nabi Ayyub dari kesembuhan penyakitnya. Adakalanya seorang hamba (pemohon) diberikan oleh Allah sesuatu yang lebih baik dari yang diminta, dan adakalanya diganti oleh Allah dengan menghindarinya dari mara bahaya yang lebih besar dari yang diminta.
3. Melakukan maksiat dan perbuatan haram
Boleh jadi melakukan pekerjaan haram menjadi penghalang terkabulnya do'a, oleh karenanya sebagian ulama Salaf berkata, "Jangan mengharap terkabulnya do'a padahal engkau sungguh-sungguh sudah menutup jalan terkabulnya dengan maksiat."
Kita memohon kepada Allah di setiap kesusahan, kemudian kita lupakan Dia ketika kesusahan telah sirna. Bagaimana kita mengharap do 'a supaya terkabul, padahal jalannya dengan dosa-dosa telah kita tutup.
Tidak diragukan lagi bahwa lalai dan melakukan keinginan syahwat yang haram adalah bagian dari penyebab tercegahnya kebaikan.
Firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd/13:11).
4. Meninggalkan kewajiban yang diwajibkan oleh Allah
Sebagaimana ketaatan kepada Allah akan menjadi penyebab terkabulnya do'a, begitu pula meninggalkan kewajiban kepada Allah akan menjadi penghalang terkabulnya do'a, sebagaimana telah diriwayatkan dari Nabi yang pengertiannya seperti-itu.
Hudzaifah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
"Demi nyawaku yang ada di tangan-Nya, hendaklah kamu perintahkan dengan sungguh-sungguh untuk berbuat baik dan melarang dengan sungguh perbuatan mungkar atau Allah akan menimpakan adzab-Nya karena (kelalaianmu), kemudian kamu memohon kepada-Nya, lalu Allah tidak akan memperkenankan kamu. " (HR. At-Tirmidzi dan lihat di kitab Shahihul Jami')
5. Berdo'a dengan do'a yang mengandung dosa atau pemutusan hubungan silaturrahim
6. Sebagai hikmah Allah, ia berikan yang lebih baik dari yang diminta
Abu Sa'id meriwayatkan dari Nabi bahwasanya Nabi berkata,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ لَيْسَ فِيْهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا آعْطَاهُ اللَّهُ بِـهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ: إِمَّ أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَ إِمَّ أَنْ يَدَّخِرَهَالَهُ فِيْ الآخِرَةِ وَ إِمَّ أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَهَا، قَالُوا إِذَا نُكْثِرُ، قَالَ: اللهُ أَكْثَرُ
"Setiap Muslim yang bermohon suatu permohonan yang bukan dosa dan bukan pula memutuskan hubungan silaturrahim, (kepada Allah), pastilah permohonan itu dikabulkan Allah dengan memberikan salah satu dari tiga perkara: Adakalanya disegerakan Allah permohonannya, adakalanya ditangguhkan di akhirat atau dipa-lingkan darinya kejahatan sebanding permohonannya." Para sahabat berkata, "Kalau begitu kami akan memperbanyak do'a", jawab Rasul, "Allah Mahakaya." (HR. Ahmad).
Terkadang manusia menyangka bahwa do'anya tidak dikabulkan, padahal telah dikabulkan lebih banyak dari yang diminta atau dipalingkan darinya musibah, bencana, penyakit yang lebih baik dari yang diminta atau ditangguhkan untuknya sampai hari Kiamat. (Oleh: Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani)
Share this article to your friends :
0 comments:
Post a Comment