Para peneliti menanyakan kepada 34 orang yang berusia 59 hingga 92 tahun. Peneliti meminta mereka menceritakan kisah kehidupan dan menemukan mereka cenderung fokus pada transisi kehidupan, seperti menikah dan memiliki anak yang terjadi pada usia antara 17 hingga 24 tahun.
"Ketika orang diminta menceritakan kembali kehidupannya, mereka secara alamiah akan menceritakan bagian yang paling diingatnya. Kebanyakan peserta dalam studi ini mendefinisikan peristiwa paling penting dalam hidupnya ialah saat masuk kuliah, mendapatkan pekerjaan pertama, menikah, pengalaman militer, dan punya anak," ujar ketua penelitian, Kristina Streiner, kandidat doktor psikologi dari University of New Hampshire.
Dengan kata lain, studi yang baru-baru ini dipublikasi dalam jurnal Memory tersebut mengungkap, seseorang cenderung paling mengingat bagian kehidupannya saat menjadi dewasa muda. Dalam studi ini, sebanyak 76 persen dari peserta studi paling tidak tamatan sekolah menengah atas.
Steiner mengatakan, kebanyakan studi secara konsisten menunjukkan, peristiwa yang terjadi saat usia 15 hingga 30 adalah yang paling banyak diceritakan ketika seseorang diminta menceritakan kembali kehidupannya. Menurutnya, diperlukan studi lanjutan untuk mengetahui penyebabnya.
"Kenapa mereka tidak menceritakan peristiwa dalam kehidupan mereka di atas usia 30 hingga 70 tahun? Ada apa dengan usia 15 hingga 30 tahun?"
Peneliti menyimpulkan, kisah hidup seseorang adalah identitasnya. Dengan melihat kisah hidup, para peneliti dapat memprediksi tingkat kebahagiaan dan psikologis terhadap orang dewasa. Ahli terapi klinis dapat menggunakan terapi kisah hidup untuk membantu orang menghadapi masalah dalam hidupnya, khususnya dengan menggunakan pola dan tema dalam hidup mereka.(Oleh: Unoviana Kartika)
Share this article to your friends :
0 comments:
Post a Comment