Tuesday, February 11, 2014

Sering Lemas, Waspada Hipokalemia

Tubuh yang kerap terasa lemas baik karena kekurangan nutrisi atau otot yang dirasa tak kuat sebaiknya jangan diremehkan. Keduanya bisa jadi gejala kekurangan kalium atau hipokalemia. Bila dibiarkan, hipokalemia bisa mengakibatkan kematian.

Spesialis penyakit dalam dan pakar kesehatan pencernaan dari FKUI-RSCM, Ari Fahrial Syam menjelaskan, lemas merupakan tanda awal seseorang terkena hipokalemia.

“Tubuh yang lemah dan lemas, misalnya tidak kuat mengangkat kaki seperti lumpuh, bisa menjadi gejala seseorang terkena hipokalemia. Gangguan ini tidak boleh diabaikan, karena kalium menentukan kerja otot jantung. Otot jantung jantung yang lemah bisa diterka lewat perubahan iramanya,” kata Ari pada KOMPAS Health Senin (10/2/2014). Perubahan irama jantung yang dibiarkan tentu akan berdampak buruk pada kesehatan pasien.

Kalium merupakan komponen utama elektrolit yang menentukan keseimbangan kerja dalam tubuh. Zat ini dibutuhkan sebanyak 3,5-5,5 mEq per liter dalam darah. Kalium bisa ditemukan dalam berbagai jenis makanan misalnya sehari-hari, misalnya buah pisang.


Hipokalemia

Hipokalemia diakibatkan berkurangnya cairan dalam jumlah besar dari dalam tubuh. Pengeluaran ini bisa lewat muntah, diare, atau penggunaan obat pencahar.

“Yang patut diperhatikan, hipokalemia biasanya dialami pasien dengan gangguan ginjal. Ginjal yang baik bisa menahan kalium, sehingga tidak keluar bersama urine. Pengeluaran kalium lewat urine yang terlalu besar mengindikasikan kondisi ginjal yang buruk,” kata Ari.

Masyarakat bisa mengetahui kadar kalium dalam tubuh melalui tes darah. Jika hasilnya kurang dari 3,5 maka kondisi tersebut adalah hipokalemia. Selanjutnya pasien bisa melakukan tes ginjal bila tidak mengalami muntah atau diare.

“Kalau mengalami muntah atau diare, maka keduanya distop terlebih dulu. Dengan perbaikan pola konsumsi makanan dan minuman, maka kadar kalium akan tercukupi. Kalium bukan kandungan yang sulit ditemui pada berbagai asupan,” terang Ari.

Tambahan kalium biasanya diperlukan pasien yang mengonsumsi obat untuk melancarkan air seni (diuretik). Bila kekurangan kalium terjadi dalam jumlah besar, biasanya pasien akan diberi garam kalium, yang dikonsumsi per oral. Namun garam diberikan dalam dosis kecil beberapa kali sehari, untuk menghindari iritasi pencernaan. Kalium juga bisa diberikan melalui infus, yang hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Hal tersebut untuk menghindari kenaikan kalium terlalu tinggi yang berbahaya bagi pasien.

Pada beberapa kasus, penderita hipokalemia kerap kali pingsan. Terkait hal ini Ari menjelaskan, kondisi tersebut bisa saja disebabkan kekurangan natrium. Pada keadaan ini sebaiknya penderita diberi asupan cairan elektrolit, untuk mengganti asupan natrium dan kalium dari dalam tubuh.(Sumber : Kompas.com)


OLD NEWSPAPER
Share this article to your friends :

0 comments:

Post a Comment

Follow me on Blogarama