Friday, February 14, 2014

Bagi Anak Autis, Mulut Jadi Jendela Jiwa

ADA ungkapan mata adalah jendela jiwa bagi seseorang. Namun, bagi anak dengan autisme, mulut justru bisa jendela jiwa mereka. Hal itu diketahui dari penelitian Cedars-Sinai Medical Center terhadap neuron di bagian amygdala otak yang merespons ekspresi wajah.

Para peneliti menguji neuron di bagian amygdala pada pasien autis dan non-autis. Kedua kelompok partisipan ini dapat mengidentifikasi wajah senang atau takut, sebagai tanda bahwa amygdala mereka bekerja dengan baik.

Namun ketika para peneliti menguji bagaimana kedua kelompok ini mengidentifikasi ekspresi wajah, mereka menemukan bahwa kelompok pasien autis cenderung menilai dan membaca informasi wajah dari wilayah mulut, bukan mata. Para pasien autisme yang memiliki kesulitan untuk fokus pada kontak mata, justru fokus pada mulut.


Autis

Para peneliti dari Cedars, Caltech, dan Huntington Memorial Hospital menguji pasien yang otaknya sudah dimasuki alat pendeteksi elektronik sebagai bagian dari prosedur operasi pengobatan epilepsi, yaitu gangguan yang juga meliputi amygdala. Dua di antara pasien tersebut ternyata mengalami autis.

Kedua kelompok partisipan ini diperlihatkan beragam ekspresi wajah selama sekitar setengah detik, separuh wajah dan wajah penuh. Ternyata, populasi neuron di amygdala merespons gambar-gambar wajah itu dengan proporsi dan kekuatan yang sama.

"Hampir tidak ada perbedaan sama sekali. Mereka (pasien autis, red) memiliki amygdala yang bekerja dan merespons dengan kekuatan yang sama. Ini penting untuk diketahui, sebab ternyata amygdala mereka berfungsi serupa dengan manusia normal," kata seorang neurosaintis di Cedars-Sinai yang memimpin penulisan studi jurnal Neuron Ueli Rutishauser seperti dilansir laman Los Angeles Times, Rabu (12/2).

"Neuron yang terekam dari pasien autis cenderung menghindari mata. Mereka memiliki respons yang sensitif dengan wilayah sekitar mulut. Kini menjadi jelas perbedaannya. Bukan berarti mata tidak penting bagi penderita autis. Mereka memang tidak menggunakan informasi yang disampaikan melalui mata. Mereka hanya menggunakan strategi berkomunikasi yang berbeda," kata Ueli lebih lanjut.

Penemuan dalam penelitian ini menguatkan argumen bahwa penderita autis tidak memiliki masalah dengan sistem saraf, tetapi bagaimana populasi neuron di dalamnya terspesialisasi.(fny/jpnn)


OLD NEWSPAPER
Share this article to your friends :

0 comments:

Post a Comment

Follow me on Blogarama